Wanaka View Motel |
Hari beranjak senja ketika kami sampai di Wanaka View Motel. Capek dari bermain-main di Wanaka Puzzling World, kami lega mendapati chalet kami yang sudah siap, rapi dan bersih. Pemilik motel, Ibu muda ramah yang membawa anak laki-lakinya menemani kami berkeliling, menunjukkan fasilitas yang tersedia di motel.
Saya memesan motel ini dari website Wotif, seharga NZ$150 per malam. Dengan harga segitu, kami sudah mendapat motel dengan dua kamar (double bed di kamar utama dan dua single bed di kamar The Precils), fasilitas dapur lengkap dan kamar mandi dalam dengan shower. Saya tambah senang karena mendapat fasilitas internet gratis melalui wifi.
Lokasi motel ini cukup strategis, berada di tepian danau, hanya dihalangi oleh taman. Saya suka dengan layout dan interior-nya, modern minimalis. Kami beruntung mendapatkan motel yang baru saja direnovasi, sehingga perabotannya masih baru dan tampak bersinar 🙂 Dari review di Trip Advisor, beberapa orang mengingatkan bahwa motel ini terlalu sempit. Saya biasanya cuek dengan review seperti ini, mirip dengan review tentang apartemen yang kami sewa di Melbourne. Mungkin kamar-kamar ini akan terasa sempit bagi orang bule yang badannya besar. Tapi bagi kami yang badannya mini, chalet kami masih terasa longgar :p Memang ukuran kamarnya lumayan kecil, paling kecil dibandingkan semua penginapan yang pernah kami huni. Ketika saya membuka pintu, daun pintu langsung menabrak pinggir ranjang sehingga hanya ada celah kecil untuk masuk kamar. Untungnya The Emak cukup ramping 😀
Begitu kami memasuki chalet ini, ada ruang serbaguna berisi dapur mungil, meja makan dan sofa panjang. Meskipun kecil, fasilitas dapur ini lengkap, mulai dari kompor, microwave, kulkas, perabotan memasak, peralatan makan sampai alat bersih-bersih. Yang harus kami sediakan sendiri cuma satu: ricecooker 🙂 Ketika datang sore-sore, energi saya sudah habis untuk menenangkan Little A yang tantrum di Puzzling World, sehingga tidak sanggup untuk memasak. Akhirnya, kami makan malam dengan menu andalan: Indomie goreng yang saya beli di supermarket di Queenstown dan telur mata sapi. Anak-anak yang kelaparan langsung makan dengan lahap.
Motel ini menyediakan fasilitas laundry dengan koin, yang letaknya di luar chalet kami. Pemilik motel mewanti-wanti agar kami tidak mencuci baju terlalu malam karena bisa mengganggu penghuni kamar yang bersebelahan dengan laundry. Saya sebenarnya punya simpanan baju kotor dua hari dari menginap di Te Anau, tapi agak malas juga kalau disuruh segera mencuci baju begitu datang dan mau istirahat sejenak. Memang lebih enak kalau fasilitas laundry ada di dalam seperti apartemen yang kami sewa di Queenstown. Tapi, motel dengan harga ‘murah’ ini sudah cukup memenuhi kebutuhan kami kok. Baju-baju kotor sanggup menunggu satu hari lagi sampai di perhentian kami selanjutnya di Lake Tekapo. Yang lebih penting, kamar mandi di chalet kami ini lumayan baru, sehingga The Precils mau mandi dengan sukarela, tanpa dipaksa 🙂
Si Ayah beres-beres di dapur |
Meja makan di antara kamar utama dan kamar The Precils |
Sebelum supermarket tutup jam 9 malam, Si Ayah menyempatkan diri berbelanja bahan makanan kami yang menipis: sereal dan susu segar untuk The Precils dan buah-buahan untuk kami. Di Wanaka ada supermarket yang cukup besar, bagus dan lengkap: New World. Buah dan sayur yang dijual di sini segar-segar semua, dan harganya relatif lebih murah daripada harga bahan makanan di Sydney. Lokasi supermarket ini sekitar 450 m dari motel, hanya 2 menit kalau naik mobil. Oh, ya, di motel dan di supermarket disediakan tempat parkir gratis.
The Precils tidur cukup pulas malam itu. Tiap ranjang dilengkapi dengan electric blanket untuk menghangatkan tubuh karena malam hari suhu lumayan dingin. Kami cek out jam 10 pagi, menghabiskan waktu untuk bermain di Wanaka Playground, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Peternakan Salmon di Mt Cook.
The Emak dan Big A di depan motel, difoto oleh Little A |
~ The Emak
Komentar